Senin, 18 Mei 2009

POTRET RAKYAT INDONESIA

Oleh : Toto Pardamean
Sudah terlalu lama barangkali kita melupakan siapa sebenarnya diri kita, yang tersisa dari semua kelupaan kita itu hanya ada satu saja ingatan kita, kita orang Indonesia !. Kelupaan kita itulah yang menyebabkan tak pernah menemukan jalan dalam membangun jati diri. Sampai-sampai anugrah Tuhan yang diberikan kepada kita tak mampu meyakinkan diri kita bahwa kita semestinya tidak semiskin seperti sekarang ini.

Lukisan sejarah masa lalu cukup sudah sebagai bukti bahwa bangsa kita adalah bangsa yang memiliki jati diri, berwawasan universal, berkemandirian tangguh. Sejarah Sriwijaya, Mojopahit, Mataram, Samudra Pasai, Demak,dan banyak yang lainnya diperoleh justru dalam kesederhanaan berpikir, kesederhanaan kehendak, kesederhanaan pola dan tata cara.

Kita juga diberi modal kedamaian hati, kesederhanaan hidup, keteladanan, kecintaan terhadap sesama dalam pengertian yang sesungguhnya. Ketika itu kita tidak mengenal jas dan dasi, kita tak mengenal pestisida dan insektisida, kita tidak mengenal Pasar Modal dan Money Changer, kita tidak mengenal makananan cepat saji dan minuman supplemen. Kita hanya percaya pada apa yang kita miliki, sarung dan kebaya, pupuk kandang dan organik, jamu dan jahe wedang,kopi dan teh segar, pajak tradisional dan koperasi.

Ternyata toh, bangsa ini jaya dan disegani.

Hingga akhirnya sampailah kita pada zaman yang amburadul ini, diawali dengan pertemanan dan kekaguman kita pada dunia yang tidak kita kenali. Kita paksa diri kita berubah seperti orang lain tanpa mengerti sedikitpun alasan apa yang membuat kita berkesimpulan demikian. Kita tinggalkan semua warisan dari pendahulu kita atas nama modernisasi dan pergaulan dunia. Kita tak lagi asyik dengan suara anak-anak kampung yang ramai mengaji di langgar-langgar ketika maghrib terlewati. Kita tak asyik lagi mendengar nyanyian puji-pujian terhadap negeri kita karena kita terlalu jauh melompati masa depan.

Persoalan bangsa kita sebenarnya sangat sederhana, tidak sebesar apa yang selama ini banyak dijadikan alat berkelit oleh para penguasa ketika menjawab pertanyaan rakyatnya. Persoalannya adalah kita tidak mengenali lagi diri kita, bangsa kita, budaya kita dan hasrat kita, rakyat Indonesia !.

Tidak ada komentar: